Published On: 22 April 2024

Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia ini dipercaya sebagai anggota Paris Committee on Capacity Building (PCCB). Turut menjadi delegasi Indonesia pada konferensi UNFCCC.

Jauh sebelum menekuni profesi sebagai dosen, Dr. Ir. Mahawan Karuniasa M.M., yang menyelesaikan program sarjananya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ini memulai perjalanan kariernya di perusahaan yang bergerak di sektor kehutanan. Berkecimpung cukup lama di sektor ini membuatnya merasa perlu untuk mengembangkan diri. Ia kemudian memilih profesi baru, yakni konsultan individu di bidang kehutanan, kemudian mendirikan perusahaan konsultan yang fokus pada bidang lingkungan dan kehutanan pada 2007.

Pengalaman panjang sebagai konsultan membuatnya meyakini bahwa persoalan lingkungan akan menjadi persoalan nasional maupun global. Masalah lingkungan, terutama hutan, ini tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, tetapi juga negara-negara di seluruh dunia. Pandangan inilah yang kemudian membulatkan langkahnya mendirikan Environment Institute, sebuah entitas independen yang berdedikasi terhadap lingkungan dan kemanusiaan pada 2010, antara lain melalui aktivitas podcast-nya

“Saya melihat dunia kepakaran dan keahlian seperti konsultan membutuhkan pendidikan lebih. Oleh karena itu saya melanjutkan pendidikan S3 studi Lingkungan di Universitas Indonesia. Pemahaman ilmu lingkungan yang saya dapatkan di program doktoral ini menguatkan dugaan saya bahwa isu lingkungan akan menjadi permasalahan global,” ucap Mahawan.

Setelah meraih gelar Doktor, lanjut Mahawan, ia merasa perlu terus memperbarui pengetahuan dan wawasannya terkait lingkungan. Ia meyakini, cara terbaik belajar adalah dengan mengajar. Namun saat itu belum ada gambaran pasti di mana ia akan mengajar. Melalui berbagai diskusi dengan para dosen UI, ia akhirnya menemukan keyakinan. Mahawan memantapkan keputusannya untuk bergabung ke Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL UI).

Aktif sebagai pengajar dan konsultan, pria yang memiliki hobi lari ini juga aktif sebagai anggota Paris Committee on Capacity Building (PCCB), komite yang dibentuk untuk menangani perubahan iklim di dunia sebagai mandat dari konferensi Paris 2016. Anggota komite terdiri dari 12 orang yang mewakili wilayah Asia Pasifik, Afrika, Eropa Barat, Eropa Timur, Amerika Latin dan Karibia, Least Developed Countries, dan Small Islands Developing States.

“Komite ini bertugas memimpin orkestra pengembangan kapasitas di seluruh dunia untuk menghadapi perubahan iklim. Dalam menghadapi perubahan iklim diperlukan mitigasi dan adaptasi. Oleh karena itu diperlukan kapasitas baik di level negara, kementerian, organisasi, hingga individu. Output dari komite ini ialah memberikan rekomendasi bagi the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC),” ucap Mahawan.

Sebagai anggota Komite PCCB, ia juga bertugas mendukung delegasi Indonesia pada konferensi UNFCCC baik pada forum negosiasi maupun forum non-negosiasi. Keterlibatan Mahawan mulai dari persiapan hingga merancang kertas posisi. Kertas posisi merupakan sikap Indonesia dalam forum negosiasi yang dilaksanakan oleh UNFCCC.

Di dalam konferensi tersebut, Indonesia menyampaikan komitmennya terhadap perubahan iklim. Pada saat bersamaan, Indonesia mendorong komitmen dari negara-negara maju untuk membantu negara berkembang dan negara tertinggal dalam menangani krisis perubahan iklim. Secara umum, bantuan yang diberikan terdiri dari tiga hal, pendanaan, teknologi, dan kapasitas sumber daya manusia.

“Posisi Indonesia itu unik. Indonesia ini bukanlah negara maju, bukan juga negara tertinggal. Jadi, harus pandai bernegosiasi,” kata Mahawan.

Membangun Jejaring Ahli Lingkungan Indonesia

Lebih jauh Mahawan menjelaskan, setelah konferensi berakhir,  ia membantu mensosialisasikan hasil pertemuan tersebut kepada seluruh stakeholder. Hasil konferensi juga disosialisasikan kepada Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIKI Network), sebuah jaringan yang terdiri dari para ahli pengendalian perubahan iklim di Indonesia. Memiliki 500 anggota yang berasal dari Aceh hingga Papua, Mahawan dipercaya sebagai ketua Umum APIKI Network.

Dalam agenda yang rutin digelar sebulan sekali, APIKI kerap mengundang para pemangku kepentingan. Melalui pertemuan ini, para ahli perubahan iklim di berbagai daerah menyampaikan kondisi dan situasi iklim yang terjadi di daerahnya masing-masing. Agenda ini juga sekaligus memberi rekomendasi kepada pemerintah bagaimana mengatasi dan menanggulangi perubahan iklim di Indonesia.

Menurut Mahawan, dalam konteks pengendalian perubahan iklim, tentu saja tidak terbatas pada aspek mitigasinya saja, tetapi juga harus memperkuat aspek adaptasinya. Implementasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus didukung dengan perundang-undangan. Kebijakan pemerintah sangat penting dan harus meliputi tiga aspek, pendanaan, teknologi, dan kapasitas.

“Bumi yang kita hadapi berubah. Manusianya juga berubah. Kita tidak bisa mengatasi perubahan iklim dengan cara-cara yang biasa. Sebagai pendidik, kita harus berubah agar lulusan perguruan tinggi tidak  hanya memperoleh ilmu, tetapi juga perilaku ramah lingkungan,” ujar Mahawan.

Share this information!

Leave a Reply